Setiap pasangan yang berumah tangga pasti mendambakan memiliki keturunan. Namun, apabila keturunan mereka tidaklah sesempurna yang mereka bayangkan, apa yang akan mereka lakukan ? Fakta menunjukkan bahwa ternyata masih banyak keluarga di Indonesia yang belum dapat menerima kenyataan bahwa anak mereka memiliki kelainan, atau biasa disebut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Sebenarnya siapakah ABK itu ? ABK adalah anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan dan anak-anak yang memiliki bakat khusus. Mereka adalah anak dengan kondisi autisme, Celebral Palsy, retardasi mental, ADHD atau hiperaktif, Down Syndrome, kesulitan belajar dan anak berbakat.
Berdasarkan riset yang telah dilakukan instansi terkait, kehamilan yang menyebabkan ABK dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, Faktor Keturunan, apabila kita memiliki anggota keluarga yang memiliki kelainan maka besar kemungkinan akan melahirkan keturunan yang demikian pula. Kedua, Maternal Malnutrisi, ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan yang sehat, keracunan logam berat atau karena polusi lingkungan sekitarnya. Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan otak pada waktu kelahiran serta gangguan otak. Lingkungan dan kebudayaan juga akan memberi pengaruh yang sangat besar terutama bila dibesarkan di lingkungan yang buruk, seperti contoh kasus abusive, dimana anak memberi penolakan karena adanya stimulasi ekstrem dari lingkungan.
Beberapa keluarga di Indonesia, terutama mereka yang berada di kalangan menengah ke bawah, masih menganggap bahwa memiliki anak-anak berkebutuhan khusus adalah sebuah hal yang memalukan. Mereka merasa tidak menginginkan anak-anak itu karena takut dipergunjingkan oleh masyarakat. Bahkan tidak sedikit yang lebih memilih membuang anak abnormal mereka ke panti asuhan tanpa memperdulikan perasaan anak tersebut. Padahal tidak semua anak berkebutuhan khusus hanya akan menyebabkan kesusahan bagi keluarganya. Banyak dari anak-anak yang tidak normal ini memiliki bakat yang luar biasa. Seperti bermain piano, melukis, dan menggambar. Kemampuan mereka bisa melebihi anak normal pada umumnya asalkan kedua orang tua si anak memberikan dukungan dan perhatian ekstra. Orang tua pun sebaiknya memberikan pendidikan sebaik mungkin agar anak-anak seperti ini di kedepannya dapat lebih mandiri. Karena pada hakikatnya anak-anak ini pun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya. Di Indonesia sendiri, sekolah khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus sudah banyak tersedia. Terdapat dua macam tempat pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus, Pertama Sekolah Luar Biasa (SLB) ialah sekolah yang khusus untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus. Kedua, Sekolah Inklusi ialah sekolah umum yang menerima anak berkebutuhan khusus dengan pemberian tambahan terapi sesuai dengan kebutuhan anak tersebut. Para orang tua tidak perlu takut anak mereka tidak mampu mengikuti pengajaran yang diberikan, karena sudah banyak anak berkebutuhan khusus yang merupakan lulusan dari sekolah luar biasa dapat masuk ke perguruan tinggi favorit di Indonesia dengan prestasi yang cukup memuaskan. Pada dasarnya memberikan pendidikan yang sama dengan anak normal lainnya akan memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk lebih berprestasi.
Anak-anak ini terlahir dengan kondisi yang tidak mereka harapkan. Namun dengan kondisi mereka yang seperti itu, mereka tetap menginginkan kasih sayang yang sama dari orangtua, keluarga serta masyarakat sebagaimana anak-anak normal lainnya. Karena seandainya mereka memiliki pilihan sebelum dilahirkan, tentu mereka akan memilih kehidupan yang normal dan menjadi bagian dari keluarga secara normal. Dan saat ini menempatkan anak-anak berkebutuhan khusus itu agar mendapat tempat dan pendidikan yang sama dengan anak-anak normal lainnya merupakan tanggung jawab kita bersama. Karena walaupun mereka memiliki kekurangan dalam diri mereka, mereka tetaplah anak-anak Indonesia yang akan menjadi penerus bangsa kita. Penerus cita-cita kita di masa yang akan datang.
"kutipan artikel saya di Majalah Bidan tahun 2010"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar